Full Pusing, Ea

Saat dan selama saya masih merasa tidak nyaman dan tidak baik-baik saja akan suatu hal, maka itu artinya saya hanya masih belum terbiasa / belum bisa membiasakan diri dengan hal tersebut.

Pelajaran yang sangat bagus yang bisa saya ambil dari semua masalah yang saya hadapi di hampir satu bulan terakhir ini. Selamat, ya.

Mari belajar untuk mulai membiasakan diri dengan semua hal baik dan buruk yang sejak dulu sudah ada, yang baru datang, dan semua hal baru lain yang nanti pasti akan datang di masa depan. Nggak mudah, pasti. Karena itu, mari membiasakan diri. Uhm.

Nggak suka make emot batu, tapi pengen banget bisa pergi ke negara di mana emot batu berada.

Terdengar sangat sangat mustahil, tapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Teruslah percaya bahwa selalu ada peluang di setiap hal, di segala hal. Nggak peduli sekecil apapun peluang itu, saya nggak bisa dan nggak boleh mengabaikannya, apalagi menganggapnya nggak ada.

Ok baik, mari kita ke inti.

Hampir sebulan terakhir ini, full pusing.

Bertanya-tanya apakah persaingan dagang / bisnis di luar negeri, terutama di Jerman sama seperti di Indonesia? Nggak ngerti banget kenapa kebanyakan orang-orang Indonesia mentalnya rendahan banget. Menjatuhkan dan menjelekan lawan / rival demi bisa naik dan meninggikan diri / usahanya.

Dulu juga waktu Mae saya masih jualan pempek, warung Mae saya beberapa kali ada yang naburin tanah kuburan. Dan sejak saat itu, warung Mae saya langsung berangsur-angsur sepi.

Saat sekolah dulu, saya suka saat nilai saya bisa unggul dari nilai teman saya. Tapi juga senang dan seru-seru aja saat nilai teman saya mengalahkan nilai saya. Ranking 1, 2, 3, 1, 2, 3, terus begitu kejar-kejaran. Nggak ada yang namanya curang, karena kami berdua juga nggak suka main curang. Saya suka bersaing, tapi bersaing dengan cara yang bersih, baik, dan benar.

Kalau persaingannya udah nggak sehat begini, asli pengennya nyerah sih.

Asli lah, dulu waktu followers masih 1k, damai banget. Rasanya seperti saat saya lagi sekolah di BLK dulu. Ada yang suka main curang / kotor, tapi hanya 1 atau 2 orang. Berbanding terbalik dengan yang sekarang. Rasanya kayak kembali ke masa-masa ulangan di sekolah, kanan kiri depan belakang rata-rata pada nyontek dan curang semua. Dan yang ngisi soal dengan jujur, cuma 1 atau 2 orang doang. *Tepok jidat

Inget banget waktu ada seseorang yang bilang kalau saya terlalu mengidam-idamkan lingkungan yang diisi dengan orang baik semua. Seujujurnya, itu bener banget. Walau kurang tepat. Saya cuma nggak ngerti kenapa di Indonesia banyak hal buruk yang merugikan orang dianggap normal, sedangkan hal baik yang seharusnya emang orang-orang lakuin itu, malah dianggap aneh / nggak umum untuk dilakukan. Kenapa orang-orang Indonesia begini banget??

Waktu SLTA full bilang bahwa sekolah itu nggak penting. Padahal waktu SD dan SLTP saya hobi banget sekolah, ngerjain PR, ngisi soal, dan lomba. Saya tarik kembali omongan saya waktu SLTA. Seriuslah, sekolah itu penting, banget.

Btw, nambah satu daftar hal yang nggak saya suka. Saya nggak suka, bahkan benci dengan orang lapangan yang meremehkan orang non lapangan juga pendidikan / sekolah, hanya karna dia nggak berpendidikan tapi bisa punya skill dan dapat pekerjaan dengan gaji yang lebih besar mengalahkan gaji orang-orang non lapangan dan / yang sudah menempuh pendidikan lebih tinggi dari mereka.

Tapi ya udah, itu hidup mereka.

Cuma ya dijadiin pelajaran aja, saya kalau bisa jangan seperti itu. Saling menghargai, lebih baik. Asli sok bijak bet. Uhm.

Keinginan saya untuk bisa kerja santai dari rumah, udah tercapai. Bahkan lebih enak dan nyaman dari yang dulu pernah saya bayangkan. Punya usaha sendiri, saya yang ngatur semuanya sendiri, nggak perlu pake seragam, jam kerja fleksibel, nggak perlu takut buat kesalahan. Beuh. Bahagia banget.

Tapi... anehnya, sekarang malah pengen berenti dari semua ini. Kepengen punya pekerjaan atau sumber penghasilan yang lebih minim interaksi dengan manusia, baik itu secara online maupun offline. Pengen yang cuma perlu fokus ke hasil pekerjaan sendiri, perkembangan, dan peningkatan kemampuan diri, tapi tetap yang harus bisa menghasilkan uang dari situ.

Tapi mungkin persaingan nggak sehat ini emang diperlukan banget kali ya untuk perkembangan saya, supaya mental saya bisa lebih kuat. Okelah, mari hadapi.

Kalau kamu benar, kamu nggak perlu takut hancur melawan ketidakbenaran.

Berlian nggak perlu menjelaskan bahwa dirinya berlian untuk diakui.

Sombong banget, etdah.

1 Comments

  1. Alhamdulillah problem toko dah ketemu solusinya. ✨️

    Wkwk.

    ReplyDelete
Previous Post Next Post