Something From Different Perspectives

Halo! Prompt kali ini menarik. Tapi lumayan bingung juga mau nulis apa. Karena saya belum yakin benar dengan pemahaman saya tentang 'perspektif' itu apa dan seperti apa contohnya. Karena perspektif juga ada beberapa jenis dan macamnya. Perspektif juga berbeda dengan persepsi, lho. Tapi okelah, ambil simple-nya aja, yakni sudut pandang. 

Jadi, sekarang saya akan menulis tentang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. 

Ok, saya akan membahas tentang seorang bawahan yang menuruti perintah atasan untuk melakukan sesuatu yang jelas salah. Untuk contohnya kalian pasti tau, ya. Saya nggak habis pikir kenapa seseorang bisa nurut saja diperintahkan sesuatu yang salah oleh atasannya. Jika saya, saya akan menolak dengan tegas perintah—yang salah—itu. Ini bukan hanya omongan belaka, saya sudah pernah melakukan itu dengan resiko dimarahi dan dipecat oleh atasan—resiko yang kecil. 

Karena menurut saya, dengan saya menolak perintah yang salah, itu sama saja saya sedang menyayangi, menghormati, dan menjaga atasan dan perusahaan tempat saya bekerja dari hal-hal buruk yang mungkin terjadi. Setiap orang punya kemungkinan untuk melakukan kesalahan, begitu pula seorang atasan. Apa atasan bukan orang? Dan sebagai bawahan, di mana saya adalah manusia yang punya akal, saya bukan hewan yang hanya bisa menuruti perintah / kemauan majikan, saya juga bukan boneka yang nggak punya kendali atas diri saya, menurut saya itu sudah jadi tugas dan kewajiban saya sebagai bawahan dan sebagai manusia untuk mengingatkan atasan saya untuk jangan melakukan / memerintahkan sesuatu yang salah. Toh kan untuk kebaikan bersama, kebaikan atasan, perusahaan, saya sebagai bawahan, dan semua yang terkait. 

Tapi ya, saya melihat ini hanya dari sudut pandang saya saja. Saya tidak melihat ini dari sudut pandang yang lain, yakni sudut pandang si bawahan yang menuruti perintah salah dari atasannya itu. 

Dia menurut, mungkin aja karena takut, entah itu takut dipecat, dicelakai, atau yang lainnya. Karena mungkin saja kan si atasan sampai melakukan ancaman gitu kepada si bawahan? Mungkin banget! Tapi lalu saya berpikir, "Ya harus berani dong! Melakukan sesuatu yang benar itu jangan takut. Justru jika kita melakukan perintah salah itu seharusnya kita takut. Tuhan pasti akan melindungi yang benar". Terus Ibu saya bilang, "Iya untuk orang yang berani, dia bisa dengan gampang menolak. Tapi kan, nggak semua orang berani". Di situ, saat itu, saya langsung diam, pikiran saya langsung berhenti sejenak. 

Hm. 

Di sini saya nggak akan menyimpulkan apa-apa, karena saya udah salah saat saya bilang "harus berani". Saya nggak punya hak untuk berkata seperti itu. Saya nggak punya hak untuk mengambil kesimpulan apapun. 

Dan ya, setiap keputusan, pasti ada resikonya. 

Saya perlu mengingat itu. 

Tapi, gimana kalau si bawahan menurut karena dia telah dijanjikan akan diberi uang? 

Hm.

Selanjutnya, saya akan membahas hal lain. Entah ini masih berkaitan dengan prompt hari ini atau enggak. Tapi ya karena ini adalah blog saya, jadi saya bebas mau mengisinya dengan apapun. 

Salah satu momen membahagiakan bagi saya adalah saat saya menyadari kesalahan di diri saya, dan mengetahui bagaimana sesuatu yang benar / yang seharusnya. Saya suka saat ada sesuatu yang membuat saya berkata, "Wah! Bener juga, ya!" atau "Ternyata selama ini saya salah". 

Kebahagiaan bukanlah sesuatu yang perlu dicari. Ada yang sependapat? Saya mendapatkan pernyataan seperti ini dari seseorang. Jujur, saya masih nggak ngerti dan nggak bisa ngomong apa-apa soal ini. Apa iya? Apa itu benar? Selama ini, saya berpikir bahwa kebahagiaan itu ya bermacam-macam. Ada kebahagiaan yang saya dapatkan dari menolong orang, ada juga kebahagiaan yang harus saya cari dan usahakan terlebih dahulu untuk mendapatkannya, dan lain-lain. 

Tapi lalu saya mencoba meminta pendapat dari seorang teman online akan hal ini. Lalu dia berkata, 

In my opinion (according to some things i read in phylosophy) humans have three biological desires: 

1. Stay alive
2. Stay free 
3. Feel happiness 

So it's ok if humans find happiness. But it's not always something that can be found like founding lost keys. It's something that appears after working on ourselves. 

Humans are sociable by nature, so they can find happiness interacting with others, by helping. 

Setelah mendapat jawaban di atas, barulah saya bisa berkata sesuatu tentang hal ini. Menurut saya, kebahagiaan bukan sesuatu yang perlu di cari, itu benar. Kebahagiaan ada di sekitar kita, kita nggak perlu mencarinya, kita hanya perlu melihat sekeliling kita. Tapi jika ada seseorang yang mencari dan berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan, menurut saya itu juga nggak ada salahnya. 

Sekarang, pemahaman saya akan kebahagiaan menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya. Terima kasih R*me, terima kasih Dy. *Ceritanya sambil senyum ke mereka 

Ok, mari ke topik selanjutnya. 

Sejak kecil sampai awal tahun 2022 lalu, di umur saya yang 21 menuju 22 tahun ini, saya selalu sangat-sangat menghindari sekali obrolan tentang seks, vulgar, mestruasi, dan semacamnya, dan semacamnya. Padahal, teman-teman sebaya saya, mereka bisa dengan santai mengobrol serius, tertawa, membicarakan topik ini. 

Kenapa saya menghindar? Karena saya selalu berpikir dan merasa bahwa topik ini adalah sesuatu yang hanya orang tua yang pantas membahasnya, dan saya merasa saya belum cukup umur / belum pantas untuk membicarakan hal itu. Padahal saya sadar bahwa saya sudah cukup umur, sudah tua. 

"Saya pikir, itu sesuatu yang alami. Kita bisa membicarakan topik ini secara baik, sepanjang setiap orang yang hadir memberikan persetujuannya, karena itu penting", kata Dy (lagi). Saya suka saat dia berkata bahwa ini—topik ini—adalah sesuatu yang alami. Dia sudah beberapa kali menjawab pertanyaan saya dengan membawa kata "alami". Kalimat dia, sukses merubah pandangan saya terhadap topik ini. Dan perlahan saya mulai bisa untuk membiasakan diri berada di tengah obrolan dengan topik ini—nggak perlu pergi untuk menghindar lagi. Iya, walau masih nggak bisa ikut nimbrung, dan kayaknya nggak akan bisa.

Banyak hal yang saya harus pikirkan ulang. Tapi kalau saya hanya melihat sesuatu dari sudut pandang saya saja, 'memikirkan ulang' itu sepertinya nggak akan membuat banyak perbedaan. Sangat menyenangkan bisa melihat sesuatu dari sudut pandang lain. 

Sebenarnya masih ada beberapa hal yang bisa saya share, tapi mungkin lain waktu aja kali ya saya share-nya. Untuk saat ini, mungkin itu saja. Terima kasih untuk yang sudah membaca, dan terima kasih juga untuk teman-teman online saya. *Senyum

Post a Comment

Previous Post Next Post