Yap, udah tanggal 28, waktunya segmen Diary. Saya menulis ini di pukul 22:52 WIB. Kurang lebih satu jam lagi, hari udah akan berganti. Kalian apa kabar? Hari ini saya lumayan sibuk, mengurus apa yang bisa saya urus. Btw, di sini di blog ini, nggak semua harus saya jelasin, ya. Etdah kasar bet. Maap. *Nyatuin telapak tangan sambil nunduk
Di postingan di sini, saya udah bilang bahwa hari ini saya akan membahas tentang ikan cupang. Dan ya, sekarang saya akan membahas itu.
Pada tanggal 12 Juni, Ibu saya memberi saya dan keponakan saya masing-masing satu ekor ikan cupang. Saya memilih cupang yang berwarna merah, dan keponakan saya berwarna biru. Mereka—kedua cupang itu—adalah jantan. Entah kenapa Ibu saya membelikan kami berdua ikan cupang, padahal kami berdua anak perempuan. Dan apalagi keponakan saya baru berumur 2 tahun. *Senyum datar
Saya mengurus cupang pilihan saya. Dan karna keponakan saya masih kecil, jadi lah saya juga mengurus cupang keponakan saya.
Saya punya nama yang bagus, tapi menarik untuk meminta orang lain apalagi orang yang nggak / baru saya kenal untuk menamai kedua cupang kami. Haha. Jadi lah saya meminta seseorang yang baru saya kenal dari sebuah aplikasi mencari teman untuk memberikan nama kepada kedua cupang kami. Dia memberikan nama Dore dan Emi. Dore si cupang biru, sedangkan Emi si cupang merah. Jujur saya senang dengan kedua nama itu. Haha. Lucu. Terima kasih untuk kedua namanya, H*na. *Nyatuin kedua telapak tangan, sambil nunduk dan sedikit membungkuk
Hari-hari berganti, mereka berdua sehat—setidaknya itu yang saya tau, dari apa yang saya liat. Saya rutin mengganti air akurium gelas bir tempat mereka tinggal. Mereka tidak saya satukan, itu jelas karna mereka berdua cowok, ya. Saya tidak ingin mereka adu jontos, dan lalu mati. Hm.
Tapi, sekitar dua bulan setelah mereka diberi nama. Dore si cupang biru milik keponakan saya, saat subuh, saya lihat dia sudah tergeletak di bawah di samping tempat tidur saya. ))': Dia mati, dan sudah kaku. )))': Entah kapan dia loncat dari gelas bir, sampai jatuh ke samping tempat tidur saya padahal jarak dari akurium ke tempat tidur itu lumayan jauh, sekitar 100 cm. Ya menurut saya itu jauh ya, secara panjang tubuh ikan cupang kan ±4 cm. Jadi, butuh berapa kali lompatan untuk Dore sampai ke samping tempat tidur saya? (':
Ya udah, saya ikhlasin. (":
Plis, jangan tanya apa reaksi keponakan saya saat tau kalau ikan cupang dia mati. Dia masih kecil, saya kasih tau juga masih belum ngerti—lebih ke nggak peduli, sih. Hm.
Sejak saya memelihara ikan cupang, saya jadi tertarik untuk mengembangbiakannya. Memelihara ikan cupang juga ternyata lumayan menyenangkan, ya. Karna saya hanya perlu memberi dia makan dan menguras akuarium-nya aja. Cupang juga lucu. Cupang nggak berisik. Cupang juga nggak tidur—saya belum pernah liat mereka tidur / menutup mata soalnya. Haha.
Emi, dia manja, dia hanya mau makan kalau saya beri dia satu per satu butir pakannya. Kan repot, ya. Jadi, harus nungguin dia selesai ngunyah dulu untuk ngasih butir selanjutnya. Hm. *Senyum datar. Sedangkan Dore, dia agresif.
Baik, lanjut.
Lalu pada tanggal 7 Agustus, di postingan ini saya sudah menjelaskan bahwa saya membeli ikan cupang betina. Tujuannya apa? Saya ingin menikahkan mereka, agar si cupang betina bertelur, lalu telur-telurnya menetas, dan kemudian jadi anak-anak cupang. Hm.
Tubuh ikan cupang si betina berwarna dominan putih, dia juga gemuk. Dia diberi nama Imy. Dari manakah nama itu? Ya, saya memintanya dari teman online saya yang lain. Imy si cupang betina putih. Haha, cocok kan ya sama Emi? Wkwk. Btw, terima kasih atas namanya, R*me. *Nyatuin telapak tangan sambil—lanjutin sendiri kalimatnya
Butuh waktu 1 minggu bersama, baru lah Imy mau bertelur. Dengan segera, Emi mengumpulkan satu per satu butir telur yang jatoh ke dasar bak mandi, dan lalu memasukkan butiran-butiran telur itu ke gelembung yang Emi buat. Dan saat sudah terkumpul, dengan segera saya memindahkan telur-telur itu ke sebuah akuarium berukuran sedang. Begitupun dengan Emi dan Imy, mereka juga saya pindahkan ke sebuah... bukan akuarium, tapi wadah, bukan lagi di bak mandi. (:
Fyi, ukuran telur-telur ikan cupang itu kecil-keciiiiil banget. Begitupun bayi-bayi cupangnya, cuma garis dengan titik dua di salah satu ujungnya. Iya, titik dua itu matanya. Mulutnya? Serius, nggak keliatan sama sekali euy. (=
Ok, lanjut.
Awalnya, sesuai dari apa yang sudah saya baca, telur-telur cupang akan menetas dalam kurun waktu 24 jam. Tapi, saat itu saya sudah menunggu selama 24 jam, dan saya tidak melihat ada tanda-tanda penetasan dari telur-telur itu. Tapi, lagi, setelah beberapa jam sejak 24 jam, saya baru deh mulai melihat ada sebuah garis bermata dua yang berenang berputar-putar ke segala arah di sudut akuarium. Hahahahahaha. Gila yaaa, hati saya kayak dibanjirin bunga-bunga saat liat telur-telur cupang saya menetas. Hahahahahahah. XDDD
Entah berapa jumlah butir telur yang ada, tapi dari semua itu, hanya 34 telur yang berhasil menetas. Dan menurut saya itu udah cukup banyak, ya. Hahahaha.
Hari pertama kelahiran, hari kedua, ketiga, keempat, kelima, dst sampai hari ini, hari ke-16 kelahiran cupang, sekarang mereka hanya tersisa 5 ekor. Ini sangat-sangat menyedihkan. Saya melakukan beberapa kesalahan dalam mengurus anak-anak cupang ini, sebab itulah mereka satu persatu mulai mati. Saya juga nggak yakin 5 anak cupang yang tersisa ini kedepannya akan tetap hidup atau enggak. Hiks. *Ngambil tisu
Tapi dari apa yang udah terjadi ini, saya mendapat sebuah pelajaran, atau mungkin lebih tepatnya sebuah jawaban. Saya nggak akan katakan apakah jawaban yang saya maksud, dan jawaban dari pertanyaan seperti apakah itu. Tapi yang jelas, itu cukup berharga untuk saya ketahui. Hm.
Btw, saya merasa bersalah banget karena kematian anak-anak cupang saya. Dan kayaknya kedepannya saya nggak akan melakukan hal seperti ini lagi—berusaha mengembangbiakan hewan.
Jaga hewan peliharaan kalian baik-baik, ya. Semoga mereka selalu sehat dan bahagia bersama kalian. Ok segitu aja. Terima kasih. (':