What You Feel When You Write

Sejak kecil, saya selalu ingin punya teman cerita. Saat remaja, saya mulai mencari sosok itu, seseorang yang bisa mendengarkan cerita saya tanpa perlu memberi respon apapun, ya, hanya perlu mendengarkan. Kami berdua bisa saling merasa nyaman satu sama lain, dia nyaman mendengarkan cerita saya, dan saya juga nyaman bercerita kepadanya.

Tapi nyatanya, mencari sosok seperti itu ternyata sulit, sangatlah sulit. Dan nggak jarang juga, saat sudah ketemu malah sulit didapat.

Selain karena mencari sosok yang dapat dipercaya dan dapat membuat saya nyaman itu sulit, ada 3 alasan kenapa teman cerita yang pas itu sulit didapat, yakni:

Pertama, saya nggak pernah bisa tau apakah dia benar-benar nyaman mendengarkan cerita saya atau enggak, yang terkadang membuat saya menjadi berpikiran buruk dan berhenti bercerita kepadanya (konyol, tapi itu lah yang terjadi);

Kedua, kebanyakan orang kalau ada orang yang bercerita, mereka pasti akan merespon, entah itu dengan men-support kita, menasehati, atau malah balik bercerita tentang dirinya, itu membuat saya yang bercerita jadi merasa nggak nyaman;

Ketiga, menurut saya, semua orang kalau harus mendengarkan terus, dia pasti akan bosan dan geregetan, yang artinya saya nggak akan menemukan sosok yang saya cari selama ini, karena sosok itu nggak akan ada.

Entahlah.

Tapi yang jelas, sejak saya sadar bahwa mendapatkan teman cerita yang pas itu sulit, saya jadi mulai suka menulis untuk mencurahkan isi hati dan pikiran saya. Dan buku diary adalah media yang saya pakai pada saat itu.

Tapi, saya nggak ingat apakah saya pernah rutin menulis diary atau enggak. Karena setau saya, saya nggak suka rutinitas dan biasanya saya hanya menulis diary saat sedang mood saja. Dan mood saya untuk melakukan sesuatu termasuk dalam menulis itu nggak nentu, dalam setahun bisa hanya sebulan atau dua bulan saja datangnya.

Baiklah, mari kita mulai ke inti.

Apa yang saya rasakan saat saya menulis? Nggak ada perasaan lain selain rasa nyaman. Kertas bukanlah manusia yang bisa merasa nggak nyaman, jadi saya nggak perlu memikirkan soal itu. Kertas nggak akan merespon atau menjawab cerita-cerita yang saya tulis. Dan yang paling terpenting adalah... saya nggak khawatir kertas yang saya tulis akan bosan mendapatkan cerita dari saya lagi, lagi, dan lagi.

Apakah tidak ada perasaan lain yang saya rasakan selain rasa nyaman? Tidak ada, hanya itu. Serius.

Post a Comment

Previous Post Next Post